Jalan-jalan ke Kuburan di Jakarta: Ereveld Menteng Pulo
Pernah jalan-jalan ke kuburan enggak? Di Jakarta, sebenernya banyak tempat yang bisa dikunjungi mulai dari deretan mall mevvah, restoran, atau café kece yang ada di pusat kota. Lo juga bisa main ke berbagai museum kayak Museum Bahari, Gedung Arsip Nasional, Museum Prasasti, yang modern kayak Museum MACAN dan lain-lain. Nah tapi kalau mau cari yang beda, kalian bisa juga kok main ke kuburan. Iya, kuburan, namanya Ereveld Menteng Pulo.
Sekitar awal April ini gue bingung banget di rumah. Mati kutu, gatau lagi mau napain. Segala macam gaya rebahan udah gue coba saking bosannya, akhirnya gue memutuskan untuk pergi ke luar untuk explore tempat, dan gue memutuskan untuk ke Jakarta. Ereveld Menteng Pulo sebetulnya memang sudah lama jadi incaran gue untuk dikunjungi, tapi karena ngga tau masuknya dari mana dan karena ini kuburan, akhirnya gue janjian sama temen gue, Lalisa Doniho.
Iya ini beneran kuburan, kuburan massal korban perang
Belanda tepatnya. Sebenernya tempat ini enggak se-creepy itu kok, cuman ya lo tau
sendiri lah kuburan. Apalagi gue dibesarkan dengan takhayul warga +62 yang
selalu nakutin anaknya “jangan maen ke kuburan”. Tapi tempatnya ini betulan sangat
dirawat, bersih sebersih-bersihnya makam. Baca dari papan informasi, taman
makam ini dikelola oleh yayasan dari Belanda sana. Gue akan ceritain sekilas ya
soal Ereveld ini berdasarkan hasil jalan-jalan gue ke sana.
Kalian tau ngga kalau dulu masih ada sekitar 300,000-an orang Belanda yang tinggal di Indonesia di tahun 1942? Ketika pasukan Jepang datang, para koloni Belanda ini dipekerjakan secara paksa, disiksa dan dibunuh oleh tentara Jepang. Kekejaman tentara Jepang itu berujung ke gugurnya sekitar 34,000 warga sipil Belanda yang ada di Asia Tenggara selama perang dunia kedua.
Di Indonesia sendiri ada hampir 25,000 korban lho. Bayangin, lebih dari setengah totalnya. Korban sebanyak itu mulanya dimakamkan hampir diseluruh pulau yang ada di Jawa. Tapi saat Indonesia mulai berdaulat ditahun 60-an, atas permohonan pemerintah sendiri seluruh korban dipindah makamnya ke pulau Jawa dan terbagi ditujuh lokasi berbeda; Menteng Pulo, Ancol (Jakarta), Pandu (Bandung), Leuwigajah (Cimahi), Kalibanteng (Semarang), Candi (Semarang), dan Kembang Kuning (Surabaya). Makam segitu banyak gimana ngurusnya? Ada yayasannya yang berlokasi di Jakarta namanya Oorlogsgraven-stichting (Yayasan Makam Kehormatan Belanda).
Umumnya yang mengunjungi makam ini adalah keluarga atau saudara jauh dari para korban perang. Setiap makam tercantum nama lengkap dari nama depan sampai keluarga, tempat lahir, dan tanggal wafatnya. Makam ini juga terbuka untuk umum mulai dari pukul 07.00 – 17.00, dan ada juga penjaga yang akan bantu kalian atau mau cari informasi lainnya. Sewaktu ke Ereveld ini, gue diminta isi buku tamu pengunjung dan kebanyakan yang datang kesini kalau memang bukan keluarga ya mahasiswa. Mungkin untuk tugas tentang sejarah dan lain semacamnya.
Ada satu kisah tragis di satu makam yang di kelola Yayasan
Makam Kehormatan Belanda ini. Namanya Luchien Ubels (Ms.), beliau dimakamkan di
Ancol, Jakarta. Pada tahun 1943, Luchien atau Luut in ditangkap oleh pasukan
Jepang. Pasukan Jepang sebetulnya mencari adiknya Luut, Lambert Sam Ubels
(Sam), karena Sam menolak untuk menyetujui surat pernyataan loyalitas. Tapi
karena kekeliruan pasukan Belanda, bukannya Sam tapi Luut yang ditangkap dan
sepertinya Luut sadar akan kekeliruan itu. Luut juga menolak untuk
menandatangani surat pernyataan tersebut sampai akhirnya dibulan September
1943, Luut dieksekusi. Umurnya masih 24 tahun pada saat itu Luut dieksekusi,
sedangkan adiknya Sam selamat dari perang.
Balik lagi ke awal, napain sih main ke makam? Ya ngga ada tujuan pastinya memang. Tapi setelah mengunjungi makam ini gue jadi makin sadar kalau peperangan itu bukan suatu hal yang baik. Bayangin ini baru makam di Ereveld Menteng Pulo sebanyak ini, belum sama 6 tempat lainnya. Suasana di Ereveld ini juga tenang, sunyi banget. Makam yang tepat banget jadi tempat peristirahatan terakhir para korban yang ngga bersalah.
Oiya, makam ini memang terbuka untuk umum tapi ada beberapa
rules and regulations yang kalian harus patuhi juga ya. Ini beberapa peraturannya
ya:
1 Tidak boleh ambil foto atau video close-up dari
makam
2.
Tidak mengambil foto yang berupa selfie
3.
Menjaga ketenangan di lokasi
4.
Menjaga kebersihan dan tidak merusak fasilitas
lokasi
5.
Foto atau video yang diambil bersifat pribadi,
bukan untuk kebutuhan komersil
6.
Tidak membawa hewan peliharaan
Dll.
Ada 11 peraturan yang ada di Ereveld dan makam lainnya.
Untuk lengkapnya kalian bisa cek di DetikTravel.com. Menurut gue sih wajar
dibuat peraturan seperti itu karena notabenenya tempat ini memang sebuah makam.
Sedikit ngga masuk diakal untuk yang selfie dengan batu nisan, apalagi kalau
kalian hanyalah tamu tanpa ada relasi atau keluarga yang dimakamkan di Ereveld.
Yup, itulah hasil eksplorasi gue di Ereveld Menteng Pulo. Sudah ngga penasaran lagi sama uniknya gedung ditengah makam itu dan tenangnya suasana Ereveld. Buat kalian yang mau berkunjung ke Ereveld, gue saranin di pagi hari karena selain sepi udaranya juga belum terlalu panas. Kalau pas lagi sunyi banget, suara dari burung sama angin sepoi-sepoi aja yang kedengeran.
Terimakasih ya sudah mampir baca di blog gue. Tunggu cerita
eksplorasi lainnya ya. Jangan lupa buat klik subscribe diatas untuk selalu update postingan
gue! Ciao~
Comments
Post a Comment