Mendaki Gunung Tertinggi di Jawa Barat: Ciremai


Ada kurang lebih 24 gunung yang ada di Jawa Barat dengan ketinggian diatas 2000 mdpl, tapi ada satu yang dari dulu aku penasaran pengen sampai ke puncaknya. Ciremai, gunung tertinggi di Jawa Barat yang dari kecil sudah aku lihat setiap kali pulang ke kampung halaman ibuku di Kuningan. Ketinggiannya 3.078 mdpl dan buat aku adalah sebuah kebanggaan sendiri buat bisa sampai ke tempat yang disebut juga sebagai atap Jawa Barat. Perjalananya ke sana gimana, Bram? Melelahkan, tapi asik bikin ketagihan, hahaha. Iya, betulan. Baca cerita selengkapnya dipostingan aku kali ini ya!

Tentang Gunung Ciremai


Gunung ini berlokasi di dua kabupaten; Kuningan dan Majalengka. Sejak tahun 2014, status kawasan ini berubah menjadi Taman Nasional Gunung Ciremai dengan luas lebih dari 14.000 hektar. Wajar sih dialih fungsikan jadi taman nasional karena ada beberapa tanaman dan satwa endemik yang hidup di sana mulai dari lutung, kancil, kijang, ajak, macan tutul, dan masih banyak lagi.

Apa ada cerita legenda soal Gunung Ciremai ini? pasti ada dong, apalagi ini gunung tertinggi di Jawa Barat. Dari beberapa artikel yang aku baca di internet, plus informasi tambahan dari warga, dan cerita dari keluarga turun temurun, Gunung Ciremai ini katanya jadi tempat singgahnya Nyi Lingga dan dua macan tutul kesayangannya. Cerita lainnya bilang kalau kata Ciremai itu berasal dari kata Pencecereman yang artinya perundingan. Dulunya para wali songo ini suka berkumpul di dekat kawasan gunung untuk bermusyawarah tentang peperangan dan lain-lain. Ada juga cerita lainnya yang bilang kalau Ciremai berasal dari kata Cereme, pohon dengan buah kecil berwarna merah, tanaman yang banyak tumbuh di sana. 

Gunung ini masih berstatus aktif dan terakhir meletus di tahun 1937. Dari beberapa letusan yang pernah terjadi ada satu peninggalan berupa celah atau goa yang ada dekat puncak dinamakan Goa Walet. Untuk sampai ke puncak ada beberapa jalur yang bisa kita lewati; Linggarjati - Kab. Kuningan, Linggasana - Kab. Kuningan, Palutungan - Kab. Majalengka, Sadarehe - Kab. Majalengka, dan jalur yang aku lewati kemarin bareng Backpacker Jakarta yaitu Apuy - Kab. Majalengka. 

Pendakian Gunung Ciremai via Apuy, Majalengka


Perjalanan pendakian kali ini berawal dari meeting point Sekretariat Backpacker Jakarta yang ada di Cawang, Jakarta Timur. Untuk menuju ke Majalengka kami menggunakan bus besar kapasitas 30+ orang. Agak sedikit berbeda dari trip BPJ lainnya, mungkin karena akses jalan tol dan juga desa yang mudah. Kami berangkat dari Jakarta sekitar pukul 22.30 malam dan sampai di basecamp bawah sekitar jam 03.00 atau 04.00 dini hari. Aku lupa, pokoknya sampai di basecamp itu sudah mendekati waktu shalat subuh.

Sesampainya di basecamp kami melakukan beberapa persiapan. Ada yang repacking tas, ada yang beli sarapan, ada yang masih sempat tidur sebentar juga. Dekat basecamp ini ada mushola yang cukup bersih, jadi kamu bisa singgah dan ibadah dulu sebelum mulai perjalanan ke basecamp atas. Jadi kalau ke basecamp Apuy kamu harus singgah dulu di rumah warga, setelah itu berangkat menuju basecamp selanjutnya menggunakan mobil pick-up. Tapi kalau kamu bawa kendaraan sendiri kamu bisa langsung berangkat ke basecamp atas yang jaraknya kurang lebih 45 menit.



Sebelum berangkat ke basecamp atas, kamu diwajibkan untuk pemeriksaan kesehatan oleh petugas setempat. Pemeriksaannya ngga banyak kok, hanya tensi darah dan suhu tubuh juga, kalian juga mungkin ditanya juga punya riwayat penyakit apa ya gaes. Setelah selesai pemeriksaan kesehatan kita bersiap untuk berangkat menuju basecamp atas.


 

Perjalanan ke basecamp atas seru lho menurutku hahaha. Iya, kami naik mobil pick-up ramai-ramai dengan tas carrier dan peralatan. Desak-desakan sih, jalanannya juga ngga mulus-mulus banget, tapi seru! Apalagi udara di Majalengka yang masih sejuk, terus kalian juga akan melewati sebagian area terasering Panyaweuyan yang masih asri banget.



Kami sampai di area basecamp atas jam 08.00. Di basecamp sini ada banyak warung, ada masjid, dan juga area MCK. Jadi di sini kalian ngga usah takut kalau misal lupa bawa logistik atau ingin istirahat dulu. Setelah sampai kami bersiap untuk pendakian, ngga lupa juga briefing untuk semua peserta dari Backpacker Jakarta.

Pendakian jalur Apuy ini akan melewati 5 pos sebelum akhirnya sampai ke puncak. Camping areanya ada di pos 4 dan 5 dengan lama perjalanan kurang lebih membutuhkan waktu 5 - 7 jam tergantung kondisi fisik dan juga cuaca. Selama perjalanan kalian ngga akan menemukan mata air ya, jadi harus persiapan air yang cukup mulai dari awal pendakian sampai nanti kalian turun pulang kembali. Kami mulai pendakian sekitar pukul 09.00. Sebelum mulai perjalanan ngga lupa dong untuk foto bersama di gerbang dan juga pintu rimba. 



Perjalanan menuju pos 1 bisa dibilang masih cukup ramah untuk pemula. Belum banyak tanjakan dengan kontur jalan bercampur antara tanah, akar, dan juga semi aspal. Di pos 1 ini ada shelter yang cukup besar, jadi kalian bisa berteduh atau istirahat sejenak di sana.



Melanjutkan perjalanan menuju pos 2 suasananya sudah mulai berubah. Ilalang atau rerumputan yang tadinya ada disekelilng jalur berubah menjadi pepohonan dan akar. Suasananya sudah terasa seperti memasuki hutan. Sekilas atmosfirnya terasa seperti jalur pendakian ke Gunung Gede via Putri sih. Di pos 2 ini ngga ada shelter, leebih ke lapangan kosong di mana kamu bisa buat tenda sementara, atau sekedar duduk istirahat sambil menikmati cemilan diperjalanan.




Menuju pos 3 tingkat kesulitan mulai bertambah kembali. Kalau dibilang curam atau ngga, treknya masih cukup manusiawi, sih. Tapi menurut aku sendiri jarak tempuh dari pos 2 ke 3 itu bisa dibilang yang paling jauh. Belum lagi kamu harus membawa beban carrier yang berat banget. Di pos 3 Tegal Masawa ini suasananya juga sama seperti pos 2, area lahan luas dengan pohon dan akar di sana-sini. Di sana kami beristirahat sejenak sambil menikmati santap siang nasi bungkus yang sudah kami bawa dari basecamp bawah. 

Melanjutkan perjalanan ke pos 4 cuaca sudah mulai berubah. Inilah pentingnya cari tahu prediksi cuaca BMKG sebelum melakukan pendakian gunung, karena benar aja ngga lama kabut dan gerimis menyerang. Sampai akhirnya kami berhenti di pos 4 karena cuaca sudah ngga memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan. Selain treknya yang semakin licin, kontur jalan dari pos 4 ke 5 itu jauh lebih melelahkan, jadi kami memutuskan untuk bermalam di pos 4 ini. 



Kami pun membangun tenda. Ada juga yang bawa tenda besar warna biru yang dipakai untuk tenda dapur, di mana semua orang memasak makanan di sana dan juga kumpul. Untuk pos 4 sendiri lahan untuk berkemahnya memang ngga seluas pos 5, tapi bisa dijadikan pilihan semisal dihari itu ada banyak pendakian atau kalian terjebak di cuaca kabut dan hujan seperti kami.

Di malam hari banyak dari kami yang tidur larut. Sebagian ada yang masih sibuk masak, ada juga yang ngobrol sambil minum kopi, ada juga yang turnamen kartu uno sampai malam. Kalau aku sendiri sibuk ngobrol dan bercanda di dalam tenda bareng 9 orang lainnya di dalam tenda. Iya, tenda aku yang kapasitasnya cuma maksimal 5 orang diisi 9 orang yang pada asik bercanda. Udara dingin juga jadi ngga kerasa karena kami sibuk ketawa ngomongin kehidupan yang makin ke sini malah makin ke sana, hahaha.

Summit ke Puncak Gunung Ciremai

Keesokan harinya di dini hari jam 00.30, Mami Loren sudah ramai untuk bangunin orang-orang untuk persiapan summit ke Puncak. Iya, belum lama lewat tengah malam dan kami masih cukup kelelahan sebetulnya. Tapi emang mau ngga mau karena butuh 2 - 3 jam untuk sampai ke puncak, apalagi kalau kamu berkemah di pos 4 jaraknya bakal jauh lebih jauh. Aku, Rendy, Rifky, Ade, dan mas Surya yang satu tenda juga jadi sibuk siap-siap. Mulai dari menyeduh energen sampai siapkan tas untuk bawa nesting ke puncak, semuanya kebangun saking semangatnya.


Perjalanan menuju puncak di mulai sekitar jam 2.30. Ada 13 orang yang menuju puncak di kloter pertama, termasuk aku. Sepanjang perjalanan kami harus berjalan cukup rapat karena hutannya gelap banget, selain itu jalannya juga masih licin karena hujan kemarin sore. Untuk sampai ke puncak kami juga harus melewati pos 5 yang sebetulnya jaraknya ngga terlalu jauh, tapi memang curam banget dan nguras banyak tenaga. Ngga kebayang sih kalau harus bawa carrier ke pos 5 kemarin sore. Sesampainya di pos 5, kami ketemu banyak pendaki yang melalukan persiapan.



Kami berangkat dari pos 5 ke puncak jam 03.17. Begitu sudah di trek, kami ngga takut lagi karena sudah banyak pendaki lainnya. Banyaknya lampu headlamp membuat kita merasa lebih tenang karena bikin ngga takut untuk nyasar. Tapi biarpun begitu jalannya ke puncak ini jauh lebih bikin kaki pedes karena sangat curam dan sulit. Treknya sudah berubah dari yang awalnya hutan dan akar, menjadi batu dan kerikil kecil. Kemiringan tanahnya sendiri sudah jauh lebih parah, dan ngga jarang juga lutut kami harus bertemu pipi untuk mencari pijakan yang pas. 


Sebelum sampai ke puncak, kalian harus melewati persimpangan persimpangan jalur Palutungan dan juga Goa Walet. Jadi jalur Apuy dan Palutungan bertemu saat menuju puncak. Sedangkan Goa Walet itu adalah peninggalan geografis dari sisa meletusnya Gunung Ciremai puluhan atau ratusan tahun silam. Dari simpang Goa Walet sampai ke puncak membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit, itupun dengan waktu istirahat yang cukup singkat. Setelah melewati gelapnya hutan kami pun sampai di puncak pukul 05.31. 


Puncak Gunung Ciremai ini luas banget, dan kalian bisa berjalan dipinggir ini mengelilingi puncaknya. Katanya sih kurang lebih butuh waktu sekitar 2 jam untuk jalan mutarin puncak. Waktu di puncak kami banyak menghabiskan waktu untuk berfoto, ngobrol dan juga ngga lupa nyeduh teh dan kopi. Di puncak anginnya kencang banget, ngga sampai badai sih tapi dingin luar biasa. Cerah juga cuacanya, tapi matahari ngga kerasa hangat sama sekali karena anginnya itu. Biarpun gitu, kita tetap enjoy kok di atas sana. Ini beberapa foto kami yang sedang menikmati pemandangan dan suasana di puncak gunung Ciremai, dan waktu mampir lihat Goa Walet:









---



Singkat cerita setelah seru-seruan di puncak kami pun bergegas turun ke bawah. Selain karena takut cuaca yang ngga mendukung, banyak juga dari kami yang masih kelaparan. Perjalanan ke bawah jauh lebih singkat sih, ya tapi sama-sama nguras tenaga karena harus menahan beban badan dan juga udah kepalang capek. Kami pun sampai di pos 4 tempat area camp kami sekitar jam 10 atau 10.30.

Sesampainya di area camp kami langsung masak-masak dan juga persiapan pulang. Ada yang masak sayur sop, ada yang masak mie rebus, ada juga aku yang sibuk bikin suki dan goreng ayam rempah hahahaha. Ini naik gunung berasa piknik ya. Selesai makan kami langsung persiapan packing untuk segera turun ke bawah, karena perjalanan masih jauh untuk menuju Jakarta.



Kami mulai perjalanan turun sekitar jam 12.30. Untungnya selama perjalanan ke bawah cuacanya mendukung, ngga hujan tapi berkabut sedikit. Jadi aku dan beberapa teman lainnya sampai di gerbang rimba sekitar 14.45. Jauh lebih singkat dari waktu pendakian yang bisa sampai 5 jam lebih. Sesampainya dibawah kami langsung bergegas untuk turun ke bawah dan perjalanan kembali ke Jakarta. 


Kami berangkat pulang ke Jakarta sekitar jam 7 malam, dan sampai kembali di Jakarta sekitar jam 5.30 esok paginya😆😅. Iya, ada beberapa kendala di perjalanan dan drama yang terjadi dengan transport kami. Bagian itu kayaknya ngga harus di jelasin deh, kepanjangan nanti hahaha.


Begitulah kurang lebih cerita pendakian ke puncak tertinggi di Jawa Barat bareng Backpacker Jakarta. Seru, bangettt! Ini pertama kalinya naik gunung berasa piknik ke Kebun Raya Bogor saking tercukupinya gizi, ngga makan mie lagi mie lagi. Terima kasih untuk para CP CP BPJ yang luar biasa, penghuni tenda hijau yang rusuh, dan juga supporter yang bawa logistik untuk mencukupi asupan energi kami semoga kalian selalu diberkati. Sampai berjumpa di trip BPJ lainnya ya! Jangan kapok ya nanjak sama saya, hahaha. See you in other trip!


Sumber informasi lainnya:
  1. Okezone
  2. Kumparan

Comments

Followers