Sanggabuana: Gunung Dengan 14 Makam dan Puncak Tertinggi di Karawang
Karawang memang dikenal sebagai salah satu kota industri terbesar yang ada di Jawa Barat. Selain kota industri, kota ini juga dikenal dengan lumbung padinya yang berlimpah. Tapi lebih dari itu, Karawang juga ternyata dikenal sebagai salah satu destinasi pendakian gunung lho. Yup, ada satu gunung di sana yang juga menjadi satu-satunya puncak tertinggi di Karawang, Gunung Sanggabuana. Ini cerita pendakian aku ke sana bareng sohib aku di bulan Agustus lalu. Semoga bisa jadi referensi pendakian kalian berikutnya ya!
Tentang Gunung Sanggabuana
Secara letak administratif gunung ini ada di antara empat kabupaten yaitu Karawang, Cianjur, Purwakarta dan Bogor. Secara cakupan wilayah cenderung lebih banyak atau lebih luas di area kabupaten Karawang. Gunung ini juga jadi puncak tertinggi di sana dengan ketinggian 1291 mdpl. Suasananya sendiri di sini masih asri dan di kelola juga oleh Perhutani, jadi hutannya masih dilindungi beserta semua satwa yang ada di dalamnya.
Untuk jalur pendakiannya sendiri ada beberapa, tapi yang paling dikenal dan populer dikalangan pendaki adalah jalur Leuwi Si Baeud yang ada di dekat Curug Cigentis. Lokasinya sendiri bisa dilacak kok lewat Google Maps, jadi ngga perlu bingung kalau mau ke sini. Kurang lebih sekitar 30 - 40 menit dari kota Karawang.
Kalian bertanya ngga sih kenapa dinamakan Sanggabuana? Kalau dari sisi bahasa, Sangga Buana itu artinya Penyangga Dunia. Sangga itu artinya peyangga, sedangkan Buana sendiri artinya dunia. Ada versi lainnya juga yang sebutkan kalau Sangga ada kaitannya dengan Sembilan lokasi sakral yang ada di sana. Banyak sih versinya, tapi menurutku yang paling masuk di nalar sih yang peyangga buana itu.
Ngobrolin nama gunung ini ngga seru kalo ngga bahas soal cerita mitos atau misteri di sana. Ada banyak sih tapi yang paling menarik menurut aku adalah sih kaitan cerita kerajaan Tarumanegara dan makam yang ada di sini. Jadi di gunung ini konon katanya adalah tempat pertemuan para petinggi dari kerajaan yang ada di tanah Sunda. Tokoh Sunda yang pernah singgah di sini adalah Siliwangi, Syekh Quro dan masih banyak lagi. Oiya, di sini juga banyak banget makam atau petilasan dari para tokoh jaman dahulu mulai dari Prabu Siliwangi sendiri, Ratu Galuh, Eyang Sapujagat, Cakra Buana dan masih banyak lagi. Totalnya ada kurang lebih ada 14 makam petilasan di sana. Di sini juga katanya ada makhluk mitos yang cukup ngeri sih, namanya Aul. Aul itu katanya adalah sosok manusia berkepala anjing. Katanya sih sosok ini ada di dekat puncak tertinggi di Sanggabuana. Sosok lainnya juga ada Ma Paraji. Ini adalah sosok nenek tua yang suka membantu dan menolong para pendaki. Untuk cerita detailnya ada di sini.
Pendakian Gunung Sanggabuana
Perjalanan kali ini aku sama teman aku start dari titik pendakian yanga ada di Karawang. Kalau dari artikel yang kami baca sih waktu tempuh pendakian itu bisa 4 - 7 jam, karena ada beberapa titik yang tanjakannya cukup terjal dengan total ada 3 pos. Tapi karena kami tektok, kami sih yakin kalau bakal sampai jauh lebih cepat ya.
Kami mulai pendakian di jam 09.46. Sebelum masuk pendakian, kalian harus membayar biaya retribusi dahulu sebesar Rp 10.000 di pos pendakian, karena kawasan ini juga dikelola oleh perhutani. Pendakian di mulai dengan melewati persahawan yang ada di sekitar sini. Pemandangan dari sawah ini juga bagus, apalagi kalau cuaca lagi cerah, bisa kelihatan pemandangan dari bukit yang ada di sekitar sini. Diperjalanan kamu juga akan lihat beberapa sumber air berupa sungai yang airnya masih bersih dan jernih banget. Air di sungai ini dipakai untuk mengairi persawahan yang ada di sini, tapi kalau untuk konsumsi sepertinya lebih baik di rebus dulu mungkin ya.
Sedikit catatan untuk pendakian di sini, aku sangat menyarankan untuk bawa trekking pole dan kalian juga harus extra hati-hati. Kenapa? Karena sewaktu pendakian kami papasan dan ketemu ular liar dalam jarak. Entah itu ular sawah atau kobra, yang jelas ukurannya lumayan gede sih. Fungsinya trekking pole itu ya untuk jaga-jaga misal ada tumpukan semak-semak atau daun, kalian bisa cek dulu sih ada hewan liat atau ular ngga di situ.
Perjalanan dari gerbang pendakian sampai ke pos 1 itu cukup singkat, karena kami sampai di jam 10.10. Di pos 1 sendiri itu ada beberapa rumah dan penjaga makam. Yup, di situ ada makam dari tokoh yang pernah singgah di gunung ini. Di sana juga ada warung dari warga setempat, jadi kalau ke sini ngga perlu takut kehabisan bahan logsitik. Kami ngga cuma berhenti lama di pos 1 sih, cuma beberapa menit lalu lanjut perjalanan ke pos 2.
Kami sampai di pos 2 sekitar jam 10.21, jaraknya dekat banget. Untuk di pos 2 sendiri itu seinget aku ngga ada makam, tapi di sana ada camp area dan beberapa pohon besar. Di dekat situ juga ada mata air dan aliran sungai yah. Oiya, di sana juga ada plang informasi biodiversitas yang ada di kawasan Sanggabuana. Di sini ada beberapa satwa yang dilindungi mulai dari macan tutul, lutung jawa, owa jawa, julang emas, elang jawa, ular naga jawa dan masih banyak lagi. Di sini juga ada beberapa tanaman unik kayak anggrek tanah, anggrek mutabile dan lain-lain.
Lanjut perjalanan dari pos 2 ke 3 ini cukup panjang dan melelahkan sih. Jadi di sini lah trek curam dari gunung ini. Tingkat kemiringan tanahnya sendiri mulai dari 40 - 60 derajat, dan beberapa kali kami sampai berhenti agak lama sambil isi tenaga. Sebelum sampai ke pos 3, kalian juga akan ketemu sumber air lainnya berupa sungai. Sejujurnya pos 3 ini agak membingungkan, sih. Saran aku kalian bisa istirahat di persimpangan menuju Pancuran Mas dan Makam Dua. Kami sendiri sampai di persimpangan di jam 11. 20, kurang lebih hampir satu jam perjalanan antar pos. Wajar sih, kalau lihat di map awal elevasinya perbedaanya mulai dari 600 ke 1000 mdpl.
Setelah istirahat yang cukup di persimpangan, kami lanjut jalan menuju puncak. Sebelum sampai puncak, kalian bakal ketemu Makom 2. Itu adalah makam petilasan yang ada di kawasan sini. Lalu kami lanjutkan berjalan menuju ke puncak tanpa istirahat.
Kami sampai di puncak sekitar jam 11.54. Di puncak gunung sendiri ada beberapa makam petilasan lainnya, mushola, dan juga warung punya warga sekitar. Dibandingkan dengan warung lainnya yang ada di pos 1 dan 2, warung di puncak ternyata jauh lebih besar. Wajar sih, karena di gunung ini sering ada wisata religi dari warga setempat yang datang ziarah ke makam-makam di sini. Jadi warung ini fungsinya juga sebagai tempat singgah bahkan menginap baru para perziarah itu.
Puncak dari gunung ini tuh berupa tanah lapang yang bisa juga di pakai untuk camp. Kami juga sempat ketemu beberapa pendaki lainnya yang datang ke sini. Oiya, sebetulnya ada puncak satunya lagi tapi lokasinya harus turun satu bukit kecil dulu, baru nanjak lagi dengan jarak tempuh bisa 10 - 20 menit dari puncak. Aku memutuskan untuk istirahat di puncak 1 aja sih, karena udah cukup siang dan banyak tenaga keluar juga karena trek yang lumayan curam itu. Kami pun kembali lagi turun ke basecamp sekitar jam 14.54.
Perjalanan kali ini ke gunung ini betul-betul diluar dugaan kami sih. Mulai dari nyasar perjalanan berangkat sampai harus nempuh 51 KM, terus dipendakian ketemu ular didekat mata air, trek yang banyak banget makam petilasannya dan masih banyak lagi. Sanggabuana ini adalah gunung yang one of a kind sih menurutku. Di pendakian juga dibilang diawal kalau di sini dilarang untuk mendaki sendiri. Ya in case of emergency kayak nyasar atau ketemu ular dan satwa buas lainnya juga sih. Anyway, aku sih cukup rekomendasi gunung ini kalau kamu mau iseng coba gunung yang ngga begitu populer dikalangan pendaki, tektok, dan juga masih bisa dijangkau dari kota besar.
Next, kita ke gunung mana lagi ya?
Sumber:
Mantul kali ya kak, gunung teroooosssss
ReplyDeleteBahahaha iya nih, mumpung masih semangattt
DeleteWah, jadi tertarik trekking kesana!
ReplyDeleteFix sih wajib coba, tapi ga bisa trekking sendirian ya ada dipapannya gitu ga boleh sendiri. sama saran banget bawa trekking pole, jaga aja kalo ketemu semak gitu takut ada ular
Delete