Keseruan Mendaki Ke Gunung Papandayan Garut: Ada Hamparan Bunga Edelweiss, Danau, Hutan Mati, dan Kawah Aktif!
Setelah istirahat pendakian bulan Agustus ke Gunung Prau, akhirnya aku memutuskan untuk kembali pendakian gunung lainnya. Kali ini destinasi yang aku datangi adalah Gunung Papandayan, sebuah gunung yang ada di Jawa Barat yang mulanya aku ngga tertarik sama sekali ke sana. Tapi ternyata setelah berangkat, aku rasa gunung ini akan menjadi destinasi yang akan ku datangi berkali-kali.
Tentang Gunung Papandayan
Gunung ini ada di daerah Garut, Jawa Barat dengan ketinggian 2665 mdpl. Untuk sampai ke Gunung Papandayan, butuh waktu kurang lebih 5 - 6 jam dari kota Jakarta. Gunung ini juga salah satu gunung stratovolcano yang masih aktif di Jawa Barat, ngga heran kalau bau belerang cukup menyengat ketika pertama kali menginjakan kaki di area Taman Wisata Gunung Papandayan ini. Fakta yang mungkin perlu kalian tahu dari kawasan ini adalah letusannya yang cukup mengerikan di tahun 1772. Kalau dari informasi di BPNB yang aku baca sih ada kurang lebih 40 kampung terdampak, dan korban sampai hampir 3000 orang. Sisa dari letusannya sendiri masih ada, dan jadi daya tarik wisata sampai sekarang yaitu kaldera dan beberapa kawah aktif lainnya. Fakta lainnya itu adalah area Gunung Alun-alun, sebuah padang bunga edelweiss Anaphalis javanica yang katanya jadi area konservasi dan katanya juga padang bunga edelweiss terbesar di Asia Tenggara, tapi untuk sampai ke sana kamu perlu izin khusus dari BKSDA ya jadi ngga bisa sembarangan masuk ke sana.
![]() |
Bunga Edelweiss Anaphalis javanica |
Baca juga: Pendakian Gunung Sagara di Garut
Biaya Pendakian Gunung Papandayan
Untuk mendaki ke Gunung Papandayan sekarang udah ada banyak banget pilihannya. Kalian bisa ikut open trip ke sana yang range harganya mulai dari Rp 350,000,-an aja per orang untuk one day trip. Biasanya sih harga tersebut kalian udah dapat tour leader, tiket masuk kawasan, 1x sarapan, asuransi dan transportasi pulang dan pergi. Pilihan lainnya kalian bisa juga mandiri bawa kendaraan sendiri dari Bekasi - Garut dengan estimasi pengeluaran sekitar Rp 800,000 - Rp 1,000,000,- untuk transportasi aja pulang pergi sudah termasuk bensin dan tol. Untuk simaksi dan lain-lain, aku rincikan begini ya:
- Tiket masuk kawasan TWA: Rp 25.000 di hari kerja, dan Rp 37.500 di hari libur
- Tiket masuk kendaraan ke TWA: motor mulai dari Rp 12.000, dan mobil mulai dari Rp 25.000
- Simaksi camping: Rp 35.000 per orang
- Parkir kendaraan mobil di area Taman Wisata: Rp 55.000
Opsi lainnya untuk bisa menuju ke sini kalian bisa coba naik kereta ke Stasiun Leles atau bus ke terminal Garut lalu sambung angkot ke Pasar Cisurupan, lalu naik ojek dengan harga sekitar Rp 50,000 untuk sampai kawasan Taman Wisata Papandayan. Nah di pasar Cisurupan ini kalian juga bisa belanja kebutuhan untuk sebelum pendakian atau camping.
Camping di Gunung Papandayan
Diperjalanan kami kemarin, kami sampai di kawasan TWA sekitar jam 03.00 dini hari. Udaranya dingin banget, kebetulan juga memasuki musim hujan. Pastiin kalian bawa jaket yang cukup tebal ya karena udara di sana dinginnya bisa sekitar 6 - 10°C. Setelah sampai kawasan, kalian bisa istirahat di warung-warung yang ada di sana. Oiya, sekedar info di area parkirnya pun ngga ada sinyal jaringan sama sekali, tapi jangan sedih kalian bisa beli internet dari Wi-Fi gitu yang disediakan beberapa warung.
Sebelum pendakian di pagi hari itu, kalian bisa explore beberapa tempat yang ada di sana sih kayak Menara Pandang, Kolam Air Panas, atau main ke area Edelweiss yang ada di zona camp area bawah.
Kami mulai pendakian menuju camping area di jam 9.30 pagi. Untuk sampai ke Camping area di Gunung Papandayan ini mudah banget. Saking mudahnya, kalian bisa naik ojek juga sampai camp area Pondok Saladah yang ada di pos 10. Titik pendakian sendiri sudah start di pos 3 untuk pelaporan simaksi, dan pos 4 adalah gerbang pendakian. Hal lain yang bikin mudah pendakian adalah karena jalurnya yang landai, tapi logistik kami kemarin cukup berlebihan jadi banyak istirahat sana sini. Betul, bawaan kami berlebihan banget makanan dan air sampai 10 botol. Padahal di sana banyak warung yang harganya terjangkau banget. Mulai dari nasi, batagor, bakso, dan seblak juga ada. Untuk harga makanan masih oke lah mulai dari Rp 15,000 per porsi.
Untuk sampai Pondok Saladah sebetulnya cuma butuh waktu sekitar 3 jam atau kurang kalau trekking normal. Tapi berhubung kami di perjalanan kemarin juga kehujanan, jadi kami menunggu cukup lama di Ghoberhoet atau di sunrise camp area. Sebetulnya bisa juga camping di sana, tapi kami lebih memilih untuk camp di Pondok Saladah karena jaraknya dekat dengan Hutan Mati dan juga ada lebih banyak warung, ada mushola, bahkan toilet umum di sana.
Kami sampai di Pondok Saladah sekitar jam 13.30 dengan keadaan cukup berantakan dan kebasahan. Apesnya di hari yang sama ternyata ada camping family gathering sekitar 100-an tenda di sana, jadi kami harus buat camp area agak minggir ke ladang edelweiss di area ujung dari Pondok Saladah. Setelah menemukan spot, kami langsung bangun 2 tenda yang kami bawa dan persiapan untuk makan malam. Setelah makan malam, kami main kartu uno untuk isi waktu luang setelah makan. Seru banget, saking serunya kayaknya tenda paling berisik malam itu adalah tenda kami.
Sebelum tidur dan istirahat jangan lupa untuk bersihkan sisa makan malam dan cuci peralatan masak dan makan ya. Karena kalau di Gunung Papandayan ini tenda pendaki sering diserang babi hutan. Banyak kejadian babi hutan yang beringas dan suka nyeruduk tenda sampai bolong. Satu solusi untuk menghindari serangan babi adalah dengan cuci semua alat masak dan makan, dan gantung sisa makanan atau logistik di pohon. Kalian bisa bungkus tebal juga sisa logistik sampai ngga tercium baunya sama sekali. Tapi meskipun udah begitu, masih banyak juga kok kejadian tenda atau pendaki di seruduk. Aku ingat di campaing kemarin, sekitar sampai jam 2 pagi abang-abang tenda sebelah masih sukarela patroli babi hutan, mereka teriakin dan senter lampu sana sini untuk kasih tahu ke pendaki lainnya ke arah mana si babi hutan pergi. Rame banget tapi kocak sih.
Baca juga: Rekomendasi Pendakian Gunung di Jawa Barat; Tampomas
Hutan Mati Gunung Papandayan
Esok harinya sekitar di jam 6.00 pagi kami pergi ke Hutan Mati. Jarak Pondok Saladah ke Hutan Mati kurang lebih 10 menit jalan kaki. Treknya juga sangat landai dan ngga perlu effort ugal-ugalan untuk ke sana. Di Hutan Mati kalian bisa menikmati pemandangan cantik kawasan Taman Wisata Gunung Papandayan. Kalau kalian datang lebih pagi, kalian bisa menikmati sunrise yang katanya sangat magical kalau di sana.
Kawasan Hutan Mati ini adalah peninggalan dari letusan Gunung Papandayan. Hutan di sini terbakar hawa panas di tahun 2002. Tanahnya juga berubah jadi warna putih karena kandungan belerang yang tinggi. Aku menyarankan juga kalian bawa masker juga sih kalau ke sini, karena bau belerangnya cukup menyengat. Di sekitar kawasan ini juga banyak banget spot foto yang keren sih. Bisa explore sepuasnya kalau di sana!
Danau Kawah Baru Gunung Papandayan
Di perjalanan pulang kami mampir ke Danau Kawah Baru. Kalian tinggal turun saja dari area Hutan Mati lewat jalur tangga, lalu berbelok ikuti pipa putih sampai ke lokasi danau. Kalau kalian mau ke sana di musim kemarau mungkin airnya akan lebih sedikit, tapi kalau penghujan seperti kami kemarin airnya cukup banyak dan jadi terlihat lebih bagus. Boleh berenang ngga? Jujur ngga tau apakah kandungan airnya aman atau ngga. Warna hijaunya itu aku yakin karena banyak kandungan lainnya sih, tapi dari suhu air kayaknya ngga kena panas dari kawah. Tapi infonya danau ini cukup dalam sekitar 10 meter lebih kedalamannya.
Tepat di atas danau itu ada kawah yang masih aktif. Kalian bisa dengar langsung gemuruh dari kawah yang keluarin gas panas dari dalam bumi. Uap kalor nya juga keliatan jelas banget dari jarak yang kurang lebih cuma 50 - 80 meter aja dari titik kami berdiri. Dari area Kawah itu juga kalian bisa lihat luasnya kawasan TWA ini sejauh mata memandang. Tebing di sebelah kanan juga bikin nuansa alam di kawasan ini keren banget, rasanya kayak lagi berasa di Sembalun.
Selesai puas lihat pemandangan dan berfoto-foto, kami lanjutkan perjalanan kembali pulang ke area gate depan. Sedikit tips aku saranin untuk kembali ambil rute yang kalian pakai untuk menuju ke Kawah ya, jangan meng-ide untuk ikutin jalur baru karena treknya sangat nyaru dan banyak percabangam. Jangan sampai nyasar seperti kami, hahaha.
***
Meskipun awalnya sempat ngga tertarik sama sekali untuk ke Papandayan, akhirnya ke sana juga untuk pendakian dan camping. Ternyata Gunung Papandayan nyaman dan cantik juga untuk didatangi. Edelweiss di sana juga banya banget dan udaranya yang dingin sejuk juga bikin suasana makin tenang. Terlebih lagi atmosfir di area Hutan Mati dan sekitar Kawah Baru itu betul-betul keren banget pemandangannya. Aku rasa masih banyak tempat yang harus dijelajahi kalau ke sini. Belum lagi gunung ini juga memanjakan para pendaki karena ngga harus bawa banyak logistik untuk berkemah di sana. Mungkin Gunung Papandayan akan jadi destinasi yang bakal aku datangi berkali-kali setelah ini.
Next, kita mendaki gunung mana lagi ya?
Lengkap banget informasinya, thank you for sharing kak. Semoga next bisa kesini
ReplyDeleteMasama mas bro. Gas lah naik gunung :D
Delete